pacman, rainbows, and roller s
Home
Mobile
Artikel
Islami
Tentang Admin
Buku Tamu
Site Map
File List
Tanggal 29 Apr 2025
Jam: 19:48:00

Total pengunjung: 739



Pembunuh 100 Nyawa

Pembunuh 100 Nyawa
(gambar ini hanya ilustrasi saja)


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dikisahkan
bahwa dahulu ada seorang lelaki yang
telah membunuh 99 orang.
Lelaki ini telah berlumuran darah, jari
jemarinya, pakaiannya, tangan dan pedangnya semuanya basah oleh darah. Lelaki pelaku kejahatan ini telah melumuri
dirinya dengan darah jiwa yang
diharamkan oleh Allah membunuhnya
serta mencabut nyawa mereka.
Sesudah dirinya berlumuran dengan
kejahatan dan dosa besar ini, dia menyadari kesalahannya. Maka keluarlah ia dengan pakaian yang
berlumuran darah, sedang pedangnya
masih meneteskan darah segar dan jari
jemarinya belepotan darah juga.
Ia datang bagaikan seorang yang mabuk,
gelisah, ketakutan seraya bertanya-tanya kepada semua orang,
"Apakah aku masih bisa diampuni?" Orang-orang berkata,
"Kami akan menunjukkanmu kepada
seorang rahib yang tinggal di kuilnya,
maka sebaiknya kamu pergi ke sana dan
tanyakanlah kepadanya apakah dirimu
masih bisa diampuni." Dia menyadari bahwa tiada yang dapat
memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali
hanya orang-orang yang ahli dalam
hukum Allah.
Ia pun pergi ke sana, ke tempat rahib itu,
seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israil. Pertemuan Dengan Rahib.
Dia pergi melangkah dengan langkah yang
cepat dengan penuh penyesalan karena
dosa-dosa yang telah dilakukannya.
Lalu ia mengetuk pintu kuil si rahib
tersebut. Lelaki pembunuh itu masuk dan ternyata
pakaiannya masih berlumuran darah
segar, membuat si rahib kaget bukan
kepalang.
Si rahib berkata,
"Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu."
Si pembunuh bertanya,
"Wahai rahib ahli ibadah, aku telah
membunuh 99 orang, maka masih adakah
jalan bagiku untuk bertobat?"
Si rahib spontan menjawab, "Tiada taubat bagimu." Akhirnya si pembunuh ini putus asa
memandang kehidupan ini.
Di matanya, dunia ini terasa gelap,
kehendak dan tekadnya melemah, dan
keindahan yang terlihat di matanya
menjadi buruk. Si pembunuh ini akhirnya mengangkat
pedangnya dan membunuh rahib itu
sebagai balasan yang setimpal untuknya
guna menggenapkan 100 orang manusia
yang telah dibunuhnya. Selanjutnya ia keluar menemui orang-
orang guna menanyakan lagi kepada
mereka, bukan karena alasan apa,
melainkan karena jiwanya sangat
menginginkan untuk taubat dan kembali
ke jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya. Ia bertanya kepada mereka,
"Masih adakah jalan untuk bertaubat
bagiku?"
Mereka menjawab,
"Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan
bin Fulan, seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Tuhan." Pertemuan Dengan Orang Alim.
Setelah pembunuh itu ditunjukkan ke
tempat seorang alim, akhirnya si
pembunuh itu pergi menemui orang alim
itu yang pada saat itu berada di
majelisnya sedang mengajari generasi dan mendidik umat. Orang alim itu pun tersenyum menyambut
kedatangannya.
Begitu melihatnya, ia langsung
menyambutnya dengan hangat dan
mendudukkan di sebelahnya setelah
memeluk dan menghormatinya. Ia bertanya,
"Apakah keperluanmu datang kemari?"
Ia menjawab,
"Aku telah membunuh 100 orang yang
terpelihara darahnya, maka masih adakah
jalan taubat bagiku?" Orang alim itu balik bertanya,
"Lalu siapakah yang menghalang-halangi
antara kamu dengan taubat dan siapakah
yang mencegahmu dari melakukan taubat?
Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka
bergembiralah dengan ampunan, bergembiralah dengan perkenan dari-Nya,
dan bergembiralah dengan taubat yang
mulus." Si pembunuh berkata,
"Aku mau bertaubat dan memohon ampun
kepada Allah."
Orang alim berkata,
"Aku memohon kepada Allah semoga Dia
menerima taubatmu." Selanjutnya orang alim itu berkata
kepadanya,
Sesungguhnya engkau tinggal di kampung
yang jahat, karena sebagian kampung dan
sebagian kota itu adakalanya memberikan
pengaruh untuk berbuat kedurhakaan dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang siapa yang lemah imannya di
tempat seperti itu, maka ia akan mudah
berbuat durhaka dan akan terasa
ringanlah baginya semua dosa, serta
menggampangkannya untuk melakukan
tindakan menentang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam
kegelapan lembah dan jurang kesesatan. Akan tetapi, apabila suatu masyarakat
yang di dalamnya ditegakkan amar ma'ruf
dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah
semua pintu kejahatan bagi para hamba. Oleh karena itu, keluarlah kamu dari
kampung yang jahat itu menuju ke
kampung yang baik.
Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu
dengan kampung yang baik dan
bergaullah kamu dengan para pemuda yang shalih yang akan menolong dan
membantumu untuk bertaubat. Singkat cerita, akhirnya sang pembunuh
meninggalkan kampung itu dan pergi ke
tempat yang ditunjuk oleh orang alim
terakhir sambil menangis dan menangis
menyesali semua perbuatnnya. Dari satu
kampung ke kampung lain telah dilewatinya dan semakin dekat denga
tempat yang dituju. Belum sampai pada
tempat yang dituju, sang pembunuh ini
meninggal di tengah perjalanan. Apakah taubatnya diterima Allah SWT?
Saat itu turunlah 2 orang malaikat yang
memperebutkan sang pembunuh, yang
seorang berkeyakinan untuk
menceburkannya ke dalam neraka dan
seorang lagi berkeyakinan untuk memasukkannya ke dalam surga.
Karena perebutan terjadi, maka
mengadulah kedua malikat itu kepada
Allah SWT. Allah SWT memberikan perintah untuk
mengukur jarak antara kampung maksiat
dengan tempat yang dituju.
Setelah diukur, ternyata sang pembunuh
sudah mendekati jarak dengan kampung
orang alim (tempat yang ditujunya). Maka surgalah tempat orang itu berada. Subhanallah...
Sungguh besar sekali pengampunan Allah
SWT kepada hambanya. Tak terkirakan
dosa yang dilakukan manusia, Allah SWT
tetap memberikan ampunan selama orang
tersebut mau bertobat dengan taubatan nasuha. Begituah sahabat, kisah Seorang
Pembunuh yang telah membunuh
sebanyak 100 orang.


Sumber : http://islamdongeng.blogspot.com
Di tulis oleh : Wahyu Mysterio





Refresh Translate Ke Judul Ke Artikel Lain >